• Pedoman Media Siber
  • Redaksi
Patroli Cyber
Advertisement
  • Home
  • Ekonomi
  • TNI-Polri
  • Hukum
  • Nasional
    • Regional
  • Olahraga
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • PARLEMEN
  • Kronik
No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • TNI-Polri
  • Hukum
  • Nasional
    • Regional
  • Olahraga
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • PARLEMEN
  • Kronik
No Result
View All Result
Patroli Cyber
No Result
View All Result
  • Regional
  • Nasional
  • Pemerintahan
  • TNI-Polri
  • Hukum
  • Kronik

Beranda » DANANTARA DAN PARADOKS LOGISTIK INDONESIA

DANANTARA DAN PARADOKS LOGISTIK INDONESIA

cyber by cyber
2025-10-25
in Featured, Kronik
0
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Prof. Dr. Ir. Agus Purnomo, M.T., CMILT. (Professor of  Supply Chain Management – Master of Logistics Management Department – Universitas Logistik Dan Bisnis Intenasional – ULBI)

 

Indonesia Kehilangan Triliunan dari Inefisiensi

SETIAP tahun Indonesia kehilangan lebih dari Rp 600 triliun karena biaya logistik yang tidak efisien—setara dengan 3,2 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Bappenas (2024) mencatat biaya logistik kita masih di kisaran 14,29 persen dari PDB, jauh di atas Singapura (8 persen) dan Malaysia (13 persen). Angka ini bukan sekadar statistik ekonomi, tetapi alarm keras bahwa sistem logistik nasional sedang berjalan pincang.

Negara kepulauan dengan jalur laut terpanjang di dunia ini ironisnya belum mampu menautkan jaringan logistiknya sendiri. Seperti kata Peter Drucker, “Without integration, logistics is just organized chaos.” Itulah potret kita hari ini—belasan BUMN logistik dengan moda darat, laut, dan udara, tapi bekerja seperti pulau-pulau yang saling diam. Kini muncul ide besar: konsolidasi BUMN logistik di bawah Danantara Asset Management (Persero).

Tapi, sebelum bicara siapa yang akan memimpin holding itu, pertanyaannya jauh lebih penting: apakah fondasi hukum, sistem, dan tata kelola kita sudah siap untuk benar-benar terintegrasi?

Logistik Kita Masih Bergerak Sendiri-sendiri

Ada tujuh pemain besar dalam tubuh negara: Pelindo, PELNI, ASDP, KAI Logistik, DAMRI, Angkasa Pura Logistik, dan Pos Indonesia. Semuanya punya aset besar, SDM banyak, dan visi sendiri-sendiri. Tapi itulah masalahnya: terlalu banyak visi, terlalu sedikit koordinasi.

Rantai pasok nasional masih dikelola dengan sistem dan platform yang tidak saling bicara. Gudang berdiri di atas gudang lain, aplikasi digital dikembangkan tanpa interoperabilitas, dan armada beroperasi tanpa jadwal lintas moda yang sinkron. Akibatnya, menurut World Bank Logistics Performance Index (2024), Indonesia merosot ke peringkat 63 dunia, di bawah Vietnam (43) dan Thailand (34).

Baca juga :  Batalyon D Pelopor Satbrimob Polda Metro Jaya Gelar Swab Antigen Gratis

Bappenas dan Kemenko Perekonomian (2023) memperkirakan 35 persen biaya logistik dihabiskan hanya untuk transportasi darat. Di sektor Courier–Express–Parcel (CEP), Pos Indonesia, KAI Logistik, dan Pelindo bahkan saling bersaing di pasar yang sama—tanpa integrasi data dan perencanaan armada. Efeknya: duplikasi investasi hingga Rp 7 triliun per tahun.

Selama kita belum punya satu sistem data, satu peta aset, dan satu kebijakan orkestrasi, efisiensi hanya akan menjadi jargon. Danantara datang membawa janji untuk menyatukan semuanya—tapi janji saja tak cukup.

Integrasi Butuh Otak dan Aturan

Konsolidasi bukan soal menumpuk perusahaan di bawah satu bendera, tapi membangun satu otak yang mampu berpikir strategis untuk seluruh sistem. ASEAN Logistics Report (2023) menyebut, integrasi multimoda bisa memangkas biaya logistik hingga 20 persen dalam lima tahun. Tapi selama setiap BUMN tunduk pada regulasi berbeda—UU 19/2003 tentang BUMN, PP 72/2016, dan aturan sektoral transportasi—kita hanya akan membangun tembok hukum baru yang menghambat gerak.

Gap analysis yang disusun Danantara menunjukkan potensi efisiensi hingga Rp 120 triliun per tahun, jika data, aset, dan operasi lintas entitas bisa disatukan. Tapi itu hanya mungkin jika ada regulatory alignment. OECD (2024) menegaskan, negara yang berhasil menurunkan biaya logistik secara sistemik selalu punya satu kunci: keselarasan kelembagaan (institutional coherence).

Artinya jelas: pemerintah perlu menyiapkan Peraturan Presiden tentang Konsolidasi dan Penguatan Ekosistem Logistik Nasional—yang bukan sekadar mengatur struktur holding, tetapi juga menegaskan posisi Danantara sebagai control entity dengan otoritas strategis, bukan administratif. Tanpa itu, konsolidasi hanya akan menjadi merger of confusion—bukan integrasi, melainkan tumpang tindih versi baru.

Baca juga :  Hapuskan Kemiskinan Ekstrem, Pj. Bupati Sumedang Ajak Pengusaha

Saatnya Orkestra, Bukan Solo

Kita tak bisa bicara efisiensi logistik jika masih berpikir dalam silo korporasi. Ini bukan sekadar proyek bisnis; ini adalah reformasi struktural nasional. Tanpa integrasi data dan kebijakan, sinergi antar-BUMN hanyalah slogan efisiensi di atas kertas.

World Economic Forum (2024) mencatat, negara dengan sistem logistik terintegrasi bisa meningkatkan efisiensi ekspor hingga 30 persen dan menarik investasi lintas sektor secara lebih cepat. Itulah yang harus menjadi visi Danantara. Ia tak boleh berhenti sebagai holding administrator, tapi harus naik kelas menjadi “dirigen nasional logistik” yang mengharmonikan kepentingan bisnis dan publik.

Momentum ini adalah kesempatan emas untuk menata ulang sistem logistik kita—berbasis hukum yang jelas, tata kelola yang transparan, dan desain kelembagaan yang terbukti. Bila gagal, kita akan terus kehilangan ratusan triliun rupiah tiap tahun hanya karena negara ini punya terlalu banyak kapal, tapi tak punya pelabuhan yang sama untuk berlabuh.

Penutup: Membangun Otak Logistik Nasional

Kini saatnya berpikir sebagai satu ekosistem. Kita membutuhkan “otak logistik nasional” yang mampu menghubungkan data, aset, dan kebijakan dari Sabang hingga Merauke. Konsolidasi BUMN logistik lewat Danantara Asset Management (Persero) bukan sekadar proyek korporasi, tapi pondasi menuju kedaulatan rantai pasok nasional.

Dunia sedang bergerak ke arah data-driven logistics, di mana keputusan dibuat berdasarkan informasi real time, bukan ego sektoral. Pertanyaannya bukan lagi perlukah kita integrasi, tapi beranikah kita memberi Danantara mandat penuh sebagai tulang punggung logistik nasional? Jika jawaban itu “ya”, maka Indonesia tidak hanya akan menjadi pasar logistik terbesar di Asia Tenggara, tapi juga pengendali arus barang regional—sebuah posisi strategis yang selama ini hanya dimiliki Singapura. ***

Tags: Danantara Asset ManagementEfisiensi Rantai Pasok NasionalKonsolidasi BUMN LogistikReformasi Tata Kelola Logistik
Previous Post

DP3AP2KB Tanah Bumbu Gelar Advokasi Penguatan Gugus Tugas KLA Klaster IV, Wujudkan Kabupaten Layak Anak Secara Menyeluruh

BeritaTerkait

Featured

DP3AP2KB Tanah Bumbu Gelar Advokasi Penguatan Gugus Tugas KLA Klaster IV, Wujudkan Kabupaten Layak Anak Secara Menyeluruh

2025-10-25
Featured

Bupati Tanah Bumbu Dukung Penuh Renovasi Masjid Apung Ziyadatul Abrar, Seluruh Kerusakan Segera Diinventarisasi

2025-10-25
Featured

Bahsanuddin Pimpin Reuni Akbar SMAN 1 Kusan Hilir Tanah Bumbu, Pencetak Tokoh Sukses di Bumi Bersujud

2025-10-25
Featured

Ratusan Personel TNI–Polri dan Dishub Amankan KKR & Seminar Persekutuan Doa Miracle di Kota Bitung

2025-10-25
Ekonomi

Program BRI Peduli Berikan Bantuan Pendidikan dan Renovasi Sekolah di Kabupaten Sukabumi

2025-10-25
Featured

Polres Bitung Terima Kunjungan Kerja Tim Kompolnas RI: Wujud Sinergi dalam Penguatan Pelayanan Publik Kepolisian

2025-10-24
No Result
View All Result

Berita Terkini

DANANTARA DAN PARADOKS LOGISTIK INDONESIA

2025-10-25

DP3AP2KB Tanah Bumbu Gelar Advokasi Penguatan Gugus Tugas KLA Klaster IV, Wujudkan Kabupaten Layak Anak Secara Menyeluruh

2025-10-25

Bupati Tanah Bumbu Dukung Penuh Renovasi Masjid Apung Ziyadatul Abrar, Seluruh Kerusakan Segera Diinventarisasi

2025-10-25

Bahsanuddin Pimpin Reuni Akbar SMAN 1 Kusan Hilir Tanah Bumbu, Pencetak Tokoh Sukses di Bumi Bersujud

2025-10-25

Ratusan Personel TNI–Polri dan Dishub Amankan KKR & Seminar Persekutuan Doa Miracle di Kota Bitung

2025-10-25
Patroli Cyber

Patrolicyber.com - Membangun Bangsa Indonesia

Jl. Ahmad Yani No. 262 (Lt.2 Komp. Stadion Sidolig) Kota Bandung
Email: redaksipatrolicyber@gmail.com

  • Home
  • Ekonomi
  • TNI-Polri
  • Hukum
  • Nasional
  • Olahraga
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • PARLEMEN
  • Kronik

Patrolicyber.com © 2020 MFC

No Result
View All Result
  • Home
  • Ekonomi
  • Entertainment
  • TNI-Polri
  • Hukum
    • Kronik
  • Nasional
    • Regional
  • Olahraga
  • Politik
    • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

Patrolicyber.com © 2020 MFC