KAB. BANDUNG,- Dansubsektor 11 Letda Rubino memimpin langsung pengecekan dua pabrik tekstil di Desa Lagadar wilayah Margaasih Kabupaten Bandung, Kamis (14/2/2019).
Kedua pabrik tersebut yakni
PT. Haksatex dan PT. Pulau Mas Texindo.
Sementara itu HRD PT Haksatex Herman Subekti menjelaskan, sejak berdiri pabrik tersebut sudah ada Industri Pengolahan Air Limbah (IPAL), ada bagian khusus untuk IPAL tersebut. Namun Herman mengaku sedikit banyak juga tahu prosesnya.
“Kita disini memakai sistem biologi, kimia, fisika. Setelah adanya program Citarum harum kita terus melakukan perubahan, terakhir kita bikin bak Claripyer, jadi ada 3 bak, pas tank/bak yang terakhir baru kita keluarkan. Sebelum proses itu maksimal, yang memang itu jernih kita keluarkan, bila belum, kita balikan ulang. Kita juga tiap bulan melakukan tes hasil dibawah baku mutu,” kata Herman.
Setelah ada program Citarum Harum kita usahakan sampai jernih di oulet dan ada ikan mas hidup. Yang mau sidak ke pabrik ini bisa langsung ke sungai tempat kita buang limbah atau masuk pabrik, silahkan.
.
Dengan adanya program Citarum Harum yang sudah 1 tahun berjalan, kata Herman, perubahannya sudah 80 persen, sungai mulai bersih sangat jauh dengan dulu sebelum ada program Citarum Harum.
Herman menambahkan pabrik tersebut memproduksi kain sepatu, kain brokat dengan jumlah karyawan sebanyak 800 orang.
Air yang direcycle PT Haksatex ini sekitar 80 persen. Ada 3 RW di wilayah ini yang mengkonsumsi air dari pabrik sehingga air limbahnya harus bagus.
Sementara itu Kabag Umum & HRD PT. Pulau Mas Texindo
Juhana menjelaskan, pabrik tersebut sebelum ada Citarum harum IPAL nya sudah bagus.
“Setelah ada Citarum Harum kita adakan perubahan dan penambahan supaya sesuai kriteria pemerintah. Kita factory yang berdiri di lingkungan, ini pabrik yang disekitarnya ada lingkungan ada masyarakat, sehingga bagaimana caranya pabrik ini berproduksi tanpa merugikan sekitar dan rata-rata karyawannya masih orang di lingkungan sekitar,” kata Juhana.
Juhana menjelaskan pabrik tersebut sesuai dengan aturan, itu komitmen dari pemilik pabrik, jika ada karyawan di bagian ipal membuat pelanggaran atau berbuat salah maka kita keluarkan karena akibatnya sangat patal.
Apabila ada kesalahan produksi kita ga masalah. Kalo tidur di produksi kerja tim bisa, tapi kalau tidur di IPAL itu ada efek yang nantinya berakibat ke semua.
“Satgas disini mah kenceng-kenceng, saya yang menghadapi Satgas, ya sudahlah, daripada berhadapan dengan satgas lebih baik kita benerlah, lebih baik jangan berhadapan,” katanya.
Dari sisi kualitas IPAL kita lebih ditingkatkan karena ada beberapa yang mesti diiikuti yang menjadi ketentuan, kapan saja mengecek silahkan saja, adapun jumlah karyawan berjumlah 690 orang memproduksi polyster dan katun.
Hal senada juga dikatakan Diki hermawan bagian Utility. Menurut Diki, IPAL diolah dengan sistem biologi kemudian disempurnakan dengan sistim fisikia kimia. Air yang diolah sekitar 1900 M3/ hari untuk parameternya untuk COD awal ada di 500 mg/liter memproduksi teksil mulai dari benang sampai kain jadi.
“Untuk pengcekan perbulan kita sudah bekerjasama dengan lab dinas LH Kabupaten dengan pengecekan berkala. Pabrik ini sudah menjadi percontohan, begitupun dengan TNI tiap jam mengontrol saluran air kita,” kata Diki.
Dengan adanya program Citarum harum, kita juga menambah 2 parameter yaitu jernih dan tidak bau, kita juga di outlet terakhir ada ikan hidup.
El











