JAKARTA,– Film anak nasional mengalami masa keemasan sejak lahirnya film Sherina tahun 2000 yang menembus lebih dari 1,6 juta penonton, belum dari merchandise, soundtrack dan sebagainya. Kemudian menyusul film Laskar Pelangi tahun 2009 dengan angka lebih dari 1,1 juta penonton juga profit dari aneka merchandise, soundtrack lagu Nidji, dan sebagainya.
Yang keduanya, demikian berkesan dan membekas dalam sejarah dan psikologis anak-anak yang kini menuju usia remaja dan dewasa. Lalu bagaimana produser Bobby Bossa menyiasati hal ini? Demikian patrolicyber membuka tanya-jawab usai acara media gathering di Studio-1, Fx. Sudirman, Jakarta, Selasa (4/2/2020).
“Sederhana saja, kami berharap kehadiran film ini bisa memperkaya perfilman Indonesia dan menambah hiburan keluarga yang bisa ditonton bersama-sama. Sengaja pemilihan masa putar pun tidak dilakukan di saat libur sekolah, agar tidak jump dengan film yang ada lainnya,” demikian jawab Bobby diamini sutradara Angling Sagaran.
Sesederhana itukah? patrolicyber.com tidak meneruskannya, namun menghargai jawaban mereka. Kadang kami sebagai pekerja media non-mainstream memang harus berbeda pendapat dan pandangan dengan teman mainstream lainnya. Maklum kami tidak beban apapun.
“Apakah ini adalah karya perdana dalam film?” tanya kami lagi. Bobby menjawab iya. Selama ini beliau bersama Bro’s Studio lebih kerap menggarap album lagu bersama Bro’s Music dan bersama Bro’s Picture di bidang entertainment dalam menaungi industri film.
Penyelenggara acara apa pun, jika memakai tagline media gathering’s haruslah bijak menyikapi pertanyaan Wartawan, Suka atau tidak suka.
Sekilas Film ini bergenre drama petualangan anak itu yang skenarionya ditulis oleh Alim Sudio. Buku Harianku berkisah tentang anak perempuan, Kila yang gemar mencurahkan isi hatinya dan pengalaman yang dirasakan melalui sarana menulis di buku hariannya.
Karena kami hanya disuguhi serupa thriller dalam beberapa menit saja, maka belum banyak memberikan apapun secara lengkap. Namun niat mulia memproduksi film anak, tetap disupport.
Untuk mendongkrak pasar, beberapa artis besar, aktor dan aktris yang terlibat dalam proyek ini di antaranya Slamet Rahardjo Djarot, Dwi Sasono dan Widi Mulia AB-Three diharapkan mampu memberikan magnit positif bagi artis cilik utama Kila Putri Alam, Widuri Puteri, dan lainnya. Khususnya agar film ini mampu sejajar dengan prestasi film Sherina dan Laskar Pelangi lalu. (PpRief/RL)