MAYBRAT,– Pj. Bupati Maybrat, Bernhard E. Rondonuwu membuka diskusi pembahasan draf naskah akademi dan draf Raperda Teofani bagi orang Maybrat, di Aula Samusiret, Maybrat, Rabu (18/10/2023).
Pembahasan draf naskah akademi dan draf raperda Teofani bagi orang Maybrat itu ditandai dengan memukul tifa sebanyak 3 kali oleh Pj. Bupati Maybrat.
Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, M.B.A. memberikan draf naskah akademi dan draf raperda Teofani bagi orang Maybrat secara simbolis kepada Pj. Bupati Maybrat.
“Pemekaran kabupaten/kota itu dilakukan dengan maksud agar pemimpin-pemimpin di wilayah orang asli Papua yang menurut kita sudah paham masalah apa yang dihadapi dan bisa diselesaikan,” katanya.
“Namun kita orang asli yang memimpin tidak banyak membawa perubahan. Tetapi hanya pak Bernhard saja yang bisa melakukannya, masa orang asli di sini tidak bisa,” ungkap Balthasar Kambuaya.
Sementara Bernhard dalam kesempatannya mengungkapkan, ketika membaca teofani, ia sempat mengatakan bahwa itu yang sering didengar di Maybrat. Dan 4 prinsip hidup itu yang menguatkan dirinya untuk bisa bertahan dan bekerja di tanah papua.
“Yang pertama ini fakta, ketika saudara-saudara kita, anak-anak generasi muda pencaker itu demo di kantor DPR, saya sampaikan kita orang Maybrat selalu berlandaskan akan kesatuan kerendahan hati kasih dan kehormatan kepada orang lain selesai langsung mereka pulang sampai sekarang tidak ada gerakan lain,” katanya. (Abas)